Minggu, 09 Januari 2011

Inilah kisahku “26 Mei 2008 dan KAOS KAKI?”

Aku bosan mendengar pertanyaan teman-teman yang datang ke rumah atau ke kosan aku. Mereka selalu saja mempertanyakan hal yang sama “Mi, kenapa kamu pake kaos kaki terus?”

Aku hanya tersenyum dan tak menjawab pertanyaan itu. Mungkin bagi sebagian orang yang dekat denganku tahu bagaimana kondisiku yang sebenarnya. Aku memang tersenyum menghadapi pertanyaan itu, tapi tahukah kalau aku menangis dalam hati karena pertanyaan itu!

Baiklah…

Aku lelah besembunyi dibalik senyumku. Aku lelah terlihat baik-baik saja di hadapan semua orang. Aku tak kuat untuk menyampaikan langsung kepada mereka. Mungkin lewat tulisan ini, mereka akan tahu keadaanku. Maaf untuk sahabatku di kampus yang tak perlu aku sebutkan namanya. Maaf yah sahabat, aku tak pernah sanggup untuk cerita kepada kalian.

Tanggal 26 Mei 2008 lah yang memaksaku untuk memakai kaos kaki. Peristiwa ini benar-benar mengubah hidupku. Singkat saja, hari Senin pukul 18.00 WITA itu aku mengalami kecelakaan. Dengan mengendarai motor dengan laju yang lamban ternyata tak menyelamatkanku dari peristiwa itu. Tiba-tiba saja mobil dengan laju yang sangat cepat menyambarku hingga aku harus terlempar ke tengah jalan.

Untung saja, saat itu aku masih sadarkan diri. Dengan merangkul kedua lutut, aku sadar kalau orang-orang telah mengerumini aku. Awalnya ku kira aku baik-baik saja. Namun rasa perih mulai terasa di kaki kananku yang membuat aku menjerit dan menangis tak tertahankan. Orang-orang pun membawaku ke RS terdekat. Mama, papa, guru, teman, dan sahabat-sahabatku setia mendampingiku. Aku mengira, kakiku hanya terkena luka kecil dan akan sembuh dengan beberapa jahitan.

Ternyata aku salah! Aku harus menjalani operasi. Entah berapa jam obat bius itu membuatku tertidur. Ketika sadar, papa ada disampingku sambil menggenggam tanganku. Dan aku melihat dia meneteskan air mata. Sedih rasanya, karena untuk pertama kalinya aku membuat papa menangis. Papa keluar dari ruang ICU dan gantian mama yang mendampingi aku. Mama pun menangis. Betapa perih rasanya melihat kedua orang tua meneteskan air mata.

Singkat cerita, hari-hari aku lalui dengan menggunakan tongkat dan kursi roda. Masa-masa yang sangat sulit ku hadapi. Hari jumat aku check up, ternyata dokter mengatakan “Kita akan melakukan operasi lagi untuk melepas kulit-kulit hitam yang mulai mengeras”. Tahukah kalian?? Aku sangat senang mendengar hal itu, karena itu berarti aku bisa sembuh.

Namun apa yang terjadi kawan?? Tuhan mengambil haknya, aku harus menerima kenyataan bahwa IBU JARI KAKIKU telah diAMPUTASI. Aku hanya bisa teriak dan menangis. Aku merasa saat itu hidupku tidak ada gunanya lagi. Sampai berhari-hari aku tak mengucapkan sepatah kata pun kepada semua orang. Yang aku lakukan hanya menangis dan menangis.

Orang-orang terdekatku selalu memberi semangat dan dorongan. Hingga suatu hari aku berusaha bangkit. Aku hadapi semua dengan senyuman. Selama setengah tahun lebih aku tak bisa berjalan. Aku bangkit, dan perlahan berjalan tanpa menggunakan tongkat. Berat rasanya kawan! Sakit tak tertahankan pun tak mengalahkan tekadku hingga aku harus terjatuh. Kaki kananku pun kembali mengeluarkan darah. Aku memang menangis, tapi aku tak menyerah. Tuhan benar-benar memberikan pelajaran berharga untukku.

Tak sedikit orang yang menertawaiku dengan keadaanku ini, kawan! Tak sedikit juga yang berempati kepadaku. Aku hanya berusaha untuk selalu tersenyum. Karena yang aku tahu, Tuhan itu adil. Ada jawaban yang akan aku dapat dari peristiwa ini. Pahit memang hidup dalam keadaan abnormal. Aku terkadang merindukan kaki aku yang dulu yang aku anggap sempurna. Tapi aku salah, sempurna dimataku ternyata tak sempurna dimata-NYA.

Aku tutupi kakiku yang cacat itu dengan KAOS KAKI. Mengapa? Karena aku malu. Malu dan takut jika semua orang tahu keadaanku, mereka akan menghindar dan menjauhiku. Lewat tulisan ini, terjawab sudah rasa penasaran kalian, kawan! Aku memang pengecut yang tak berani mengatakan keadaanku yang sebenarnya pada kalian secara langsung, tapi aku benar-benar tidak sanggup.

Jujur, ini sangat berat aku tulis. Sampai aku harus menangis. Tapi aku juga lelah menutupi semuanya. Kakiku pun belum sembuh total. Pada waktu-waktu tertentu akan muncul rasa sakit yang tak tertahankan. Sampai kaki kananku itu kaku dan tak bisa digerakkan sama sekali. Aku hanya berharap semua orang bisa menerimaku apa adanya. Hikmah terindah dari peristiwa ini adalah “KITA TAK PUNYA HAK ATAS DIRI KITA KARENA ADA YANG LEBIH BERHAK, KITA HANYA MEMILIKI KEWAJIBAN UNTUK MERAWAT DAN MEMELIHARANYA. KETIKA ALLAH BERKEHENDAK UNTUK MENGAMBILNYA, MAKA TAK ADA YANG DAPAT MENCEGAHNYA”


Hadapi masalah dengan senyuman dan jangan mudah menyerah!
Inilah kisahku...
Aku hanya mencoba berbagi...

Tidak ada komentar: