Rabu, 30 Juni 2010

Hanya Itu...

Sesak dada ini...
Air mata tak mampu ku bendung...
Semilir angin menemani isakku malam ini...

Ku tahu kondisimu disana tersiksa...
Ku tahu air mata ini tak bisa mengubah keadaan...
Yang aku tahu, ku tetap mencoba ada meski aku tiada...

Ku sibukkan diriku dengan tulisan-tulisan...
Berbicara sendiri...
Tertawa sendiri...
Menganggapmu ada disini...

Tapi ku sadari...
Itu semua hanya bayang semu...
Kau disana terbaring lemah...
Sedang aku tak mampu berbuat apa-apa untukmu...

Hanya doa dan support yang bisa aku berikan...
Hanya itu...
Hanya itu...
Dan... hanya itu...
Meski itu tak ada artinya lagi untukmu...



Dedicated for someone,
Just for you...

Aku Hanya...

Percikan kematian kian menghampiri,
Cekikan itu kian terasa,
Tersengal nafas ini,
Mata memerah,
Dada sesak,
Tak ada ruang bergerak,
Putih itu kini menyapa di depan mata,
Ku tatap dengan ketakutan,
Peluh di sekujur tubuh membanjir,
Aliran darah tersumbat,
Terkunci sudah suara dalam penjara ketakutan,
Lidah membeku,
Dibalik bayang kematian itu,
Aku hanya ingin tetap TERSENYUM.

Sabtu, 26 Juni 2010

Kerinduan...

Sesak, ku mencoba menahan air mata ini agar tetap berada pada posisinya. Akhir-akhir ini begitu banyak hal yang membuatku sakit hati dan kecewa. Tapi aku tetap bersabar. Namun hari ini benar-benar air mata itu tak mampu ku bendung lagi. Nilai kuliah yang masih ngambang jadi beban pikiranku sekarang. Nilai java tadi benar-benar membuatku sock! Bagaimana tidak, orang yang malas, gag aktif, dan tiap ada quiz dan ujian kerjanya cuma nyontek malah dapat nilai yang bagus. Sedangkan aku, yang sudah berusaha mati-matian untuk belajar dan berusaha malah dapat nilai yang kecil. Memang benar-benar sulit mendapatkan keadilan itu di dunia ini. Tapi Amhi yakin pasti ini semua akan ada hikmahnya.

Tetes air mata terus membasahi pipiku. Merenungi semuanya sendirian di kamar. Tak ada siapa-siapa yang bisa ku andalkan saat ini. Dalam tangisku tiba-tiba teringat sesuatu yang sangat penting dalam diriku yang telah hilang selama dua tahun lebih. Hatiku semakin sesak. Aku merasa selama ini begitu banyak hal berat yang dihadapkan padaku. Begitu banyak pilihan sulit yang dihadapkan padaku. Aku menangis sejadi-jadinya sampai terisak. Kadang aku menyesali kejadian 26 MEI 2008 itu! Mengapa ALLAH harus mengambil hal penting dalam diriku. Fisikku kini tidak sempurna lagi. Kadang aku iri pada semua orang. Mereka memiliki fisik yang sempurna, sedangkan aku...
Astagfirullah Al Adzim... T_T
Aku tidak kuat Ya ALLAH...

Selasa, 08 Juni 2010

"Save Palestina"


Aksi penggalangan dana ''SAVE PALESTINA'' kerjasama antara Forum Lingkar Pena, BEM KBM POLITEKNIK TELKOM BANDUNG, BEM UNPAD, BEM IT TELKOM, BEM UPI, BEM UNJANI, & KAMMI... Semangat teman2! Bentuk kepedulian sekecil apapun sangat berarti untuk saudara kita di PALESTINA... ALLAHU AKBAR!

Aksi Penggalangan Dana "SAVE PALESTINA"





Rabu, 02 Juni 2010

KEPEMIMPINAN SEJATI

Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya.
Hal ini dikatakan dengan lugas oleh seorang jenderal dari Angkatan Udara Amerika Serikat:

”I don’t think you have to be
wearing stars on your shoulders or a title to be a leader. Anybody who wants to raise his hand can be a leader any time.”
—General Ronal Fogleman, US Air Force—

Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out).
Ketika pada suatu hari filsuf besar Cina, Lao Tsu, ditanya oleh muridnya tentang siapakah pemimpin yang sejati, maka dia menjawab:
As for the best leaders, the people do not notice their existence.
The next best, the people honour
And praise.
The next, the people fear, And the next the people hate.
When the best leader’s work is done, The people say, ‘we did it ourselves’.

Justru seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis, menjadi negara yang demokratis dan merdeka.
Saya menyaksikan sendiri dalam sebuah acara talk show TV yang dipandu oleh presenter terkenal Oprah Winfrey, bagaimana Nelson Mandela menceritakan bahwa selama penderitaan 27 tahun dalam penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam dirinya. Dia mengalami perubahan karakter dan memperoleh kedamaian dalam dirinya. Sehingga dia menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selama bertahun-tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.

Karakter Seorang Pemimpin Sejati
Setiap kita memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Dalam tulisan ini saya memperkenalkan sebuah jenis kepemimpinan yang saya sebut dengan Q Leader. Kepemimpinan Q dalam hal ini memiliki empat makna. Pertama, Q berarti kecerdasan atau intelligence (seperti dalam IQ – Kecerdasan Intelektual, EQ – Kecerdasan Emosional, dan SQ – Kecerdasan Spiritual). Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ—EQ—SQ yang cukup tinggi. Kedua, Q Leader berarti kepemimpinan yang memiliki quality, baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
Ketiga, Q Leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi (dibaca ‘chi’ – bahasa Mandarin yang berarti energi kehidupan). Makna Q keempat adalah seperti yang dipopulerkan oleh KH Abdullah Gymnastiar sebagai qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya (qolbu-nya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence – quality – qi — qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Untuk menutup tulisan ini, saya merangkum kepemimpinan Q dalam tiga aspek penting dan saya singkat menjadi 3C , yaitu:
1. Perubahan karakter dari dalam diri (character change)
2. Visi yang jelas (clear vision)
3. Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence)
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal, kemampuan teknis, pengetahuan, dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metoda kepemimpinan).
Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell: ”The only way that I can keep leading is to keep growing. The day I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is the way it always it.” Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan tersebut.