Selasa, 02 Februari 2016

Serumah dengan mertua? Katanya vs Kataku

Sebelum menikah dulu sempat banyak "katanya" yang saya dengar. Katanya yang paling sering adalah tinggal serumah bareng mertua itu gak enak. Katanya kebanyakan gak cocoknya kalau tinggal sama mertua. Apalagi perhatian suami terbagi antara orang tuanya dan istrinya. Katanya lagi kalau tinggal sama mertua bakalan serasa jadi pembantu. Katanya juga nih kalau tinggal serumah sama mertua nanti keuangan dikendalikan sama mertua. Dan masih banyak katanya yang lain.

Ngeri juga sih dengar semua itu. Pada saat ta'aruf dengan suamiku dulu ibunya langsung bilang kalau nanti saya harus tinggal sama ibunya. Karena semenjak ayah (almarhum mertua) tidak ada mereka hanya berdua. Dengan ucapan bismillah dan yakin ini yang terbaik saya setuju. Dalam proses persiapan pernikahan makin banyak katanya itu yang muncul. Sempat takut, sempat kuatir juga sih. Tapi saya mah pasrah dan ikhlas apapun yang Allah pilihkan.

Singkat cerita setelah menikah saya tinggal dirumah mertua. Alhamdulillah segala "katanya" itu tak ada yang benar. Hampir 2 bulan saya tinggal serumah bertiga bareng ibu mertua, Alhamdulillah semuanya baik2 saja.

Kalau katanya tinggal sama mertua itu gak enak, saya bilang nih yah tinggal sama mertua itu enak banget. Serasa berada dekat ibu kandung sendiri. Apalagi saat saya sakit perhatiannya ibu mertua itu luar biasa baiknya. Malah mau tanya saya mau dibuatkan bubur atau tidak, minum obat dan sebagainya.

Kalau katanya tinggal bareng mertua kebanyakan gak cocoknya. Kalau kataku mah cocok-cocok ajah. Mungkin nih yah yang bilang gak cocok karena sama-sama mentingin ego. Yah namanya juga manusia, sama orang tua kandung sendiri saja kita kadang gak sepaham apalagi kalau kita serumah dengan orang yang hitungannya baru kita kenal. Makanya posisikan diri kita pada porsinya. Mau cocok sama mertua? Gampang, posisikan diri kita sebagai anak dan posisikan mertua kita sebagai orang tua kita. Kalau ada kesalahpahaman komunikasikan segera jangan ditunda-tunda. Intinya rasa saling memiliki itu harus ada satu sama lain. 

Katanya sih kalau serumah sama mertua itu perhatian suami terbagi. Makanya jangan nurutin ego. Ini bukan lomba rebutan perhatian. Ingat kodratnya suami juga adalah seorang anak yang kudu mesti wajib berbakti pada kedua orang tuanya. Kalau suami perhatian sama orang tuanya wajar dong. Harusnya bangga punya suami yang ketika sukses dia tidak pernah lupa dengan orang tuanya. 

Katanya kalau tinggal serumah bareng mertua serasa jadi pembantu semua kita yang kerjain. Alhamdulillah saya tidak pernah merasa seperti itu. Dikeluarga ini saya tidak pernah merasa kehilangan kasih sayang seperti layaknya dirumah orang tua sendiri. Malah kami kompak beberes rumah dan masak bareng. Kadang juga ibu marah dan larang saya terlalu sering bersih-bersih. Banyakan disuruh istirahat.

Nah katanya yang terakhir keuangan dikendalikan sama mertua. Mungkin orang yang ngalamin ini karena suaminya dan mertuanya belum paham siapa yang wajib dinafkahi sebagai suami. Alhamdulillah suami saya selalu nyetor utuh gajinya. Habis ngasih ke saya barulah suami minta untuk dikasih ke ibunya. Saya marah? Tidak dong, malah saya senang dan berdoa semoga kelak anak saya bisa seperti ayahnya. Meskipun orang tua ndak pernah meminta pada anaknya untuk dikasih uang. Untuk ditabung dan dikasih ke orang tua saya itu diserahkan kepada saya yang atur sendiri.

Jadi yang katanya saya dengar semua itu saya tepis sendiri. Mungkin yang ngalamin itu semua kurang komunikasi dan belum tau posisi masing-masing. Pernikahan itu bukan mengedepankan ego. Bukan perlombaan. Tapi bagaimana cara kita menempatkan diri sesuai posisi dan porsi masing-masing. Yang paling penting harus punya rasa saling memiliki satu dengan yang lain. Ketika menantu merasa memiliki orang tua lewat mertua maka sudah pasti dia akan tau bagaimana caranya berbakti. Begitupun dengan mertua ketika ada rasa memiliki seorang anak lagi lewat menantu maka sebagai mertua akan tau bagaimana dia harus bersikap kepada menantu layaknya anaknya sendiri. Kesalahpahaman sedikit itu wajar karena sulit menyatukan pendapat beberapa kepala. Yang terpenting jangan sampai ada dendam. Belajarlah menerima pendapat dan memaafkan. Namanya orang tua wajarlah kalau kadang marahin anaknya atau nasehatin. Tugas kita sebagai anak adalah cukup mendengarkan.

Nah bagi yang belum nikah dan nanti suami ajak tinggal sama orang tuanya ndak usah takut. Seru kok tinggal sama mertua. Jadinya kita bisa berbakti tidak hanya kepada kedua orang tua kita sendiri. Ingat yah, pernikahan itu bukan hanya menyatukan aku dan dia melainkan menyatukan keluarga aku dan keluarga dia. Sehingga tak ada lagi kata keluargaku, keluargamu. Yang ada hanyalah keluarga kita.

Tidak ada komentar: