Senin, 28 Oktober 2013

Isi Hati #34

Dirimu tergambar nyata dihadapanku, tapi tak bisa aku gengam. Ada pagar tinggi yang harus aku lewati untuk menggapaimu. Bukannya tidak bisa, tapi itu sulit. Aku bisa saja memanjat untuk melewati pagar itu, aku bisa saja mendobrak paksa pagar itu. Tapi... aku tidak mau menggapaimu dengan cara seperti itu. Aku ingin menemuimu dengan cara yang indah, bukan memaksakan egoku. Aku ingin menemui ketika kau siap, dengan gagahnya kau menjemputku di depan pintu itu.

Sabtu, 26 Oktober 2013

Isi Hati #33

Lagi dan lagi aku memikirkanmu wahai orang yang selalu hadir dalam mimpiku. Apakah dirimu jawaban dari setiap doaku pada-Nya? Semoga saja ^^

Jumat, 25 Oktober 2013

3078 mdpl

Mulai dari mana yah ceritanya? Sudah telat sekali ini menuliskannya, tapi sayang juga rasanya kalau tidak berbagi. Yup kita mulai cerita seru yang ada di 3078 mdpl. ^_^

Puncak tertinggi Jawa Barat, Mt. Ciremai menjadi gunung pertama yang aku daki setelah 4 tahun vakum di dunia pendakian (ceilehhh, hahaha). Okay perkenalkan dulu nih yah tim ekspedisinya ada siapa saja.

Dari kiri ke kanan (depan) - Raeisa, Anggi, Kak DC, Abdi, Kak Salman, Teguh
Dari kiri ke kanan (belakang) - Angga, Kak Biyan, Wawan, Roni, Ami (saya), Wina, Rani, Kak Anugrah
Berangkat pada tanggal 11 Oktober, Jumat malam dari Bandung menuju Cirebon. Sampai di terminal Cirebon sekitar pukul 02.00 am. Nge-gembel bareng rombongan dari Bandung sambil menunggu rombongan yang dari Jakarta. Saling berbagi cerita, saling ejek sampai pagi pun menyapa. Udara Cirebon pagi itu tidak seperti udara Bandung yang biasa aku rasakan. 

-12 Oktober-
Rombongan dari Jakarta pun tiba, kami semua memberi asupan dulu untuk cacing diperut kemudian melanjutkan perjalanan. Sepanjang perjalanan ada banyak pertanyaan yang ku ajukan untuk diriku sendiri, "Kuatkah aku? Bisakah aku mencapai puncak? Apakah aku akan menyusahkan orang lain?" Sambil menikmati pemandangan Cirebon. Sekitar sejam perjalanan sampailah kita dititik dimana kita memulai pendakian. Ada yang sibuk packing ulang ada pula yang sibuk foto-foto. Pukul 10.00 am kita berdoa dan memulai petualangan melalui jalur Palutungan.

Jalan menanjak membuat aku ngos-ngosan dan merasa pusing, akhirnya depek ku (pinjaman sih hahaha) dibawain Roni. Aku mulai menikmati perjalanan, menikmati sapaan alam yang tak pernah ku temukan begitu indah dan damai. Lirih terdengar suara yang lain saling mengejek, sesekali hening. Desiran angin di alam bebas itu benar-benar aku bisa rasakan kini. Suara kicauan burung seperti alunan musik yang menghantarkan perjalanan kami. Terus berjalan, mencari POS 1 yang tak kunjung ditemukan. Entah kesambet setan apa Wawan dan Teguh sampai benar-benar lupa jalur. Tapi tetap dinikmati sampai pada puncak hamparan ilalang indah, tapi ternyata jalurnya putus. Dan kami harus kembali ke titik awal. Karena hari telah hampir gelap, kami akhirnya mendirikan tenda di tanah lapang. Malam yang indah sih menurut aku ditempat ini, dengar beberapa anak cowok saling curhat di dalam tenda. Sedangkan aku, Rani, Kak Salman, dan Kak Anugrah menghangatkan badan disekitar api sambil berbagi cerita. Yang lucunya nih kalau cowok curhat itu ketahuan apa yang dibicarakan (hmmm, sepertinya aku masih mencoba keep silent dulu). Kasihan juga kalau rahasia mereka terbongkar semua. Wah wah dasar cowok, ternyata ramenya mengalahkan ibu-ibu kalau lagi bergosip. Mulai lelah karena capek bernyanyi dan ketawa-ketiwi, kami masuk ke tenda dan beristirahat untuk melanjutkan perjalanan besok pagi.

-13 Oktober-
Setelah solat subuh, ngopi-ngopi, ngeteh kami semua membereskan tenda dan peralatan untuk melanjutkan pendakian (lets go, semangat 45 ^_^). Yah meskipun aku telah mengalami cidera di kaki (keseleo dikit, hehehe) tapi tidak membuatku menyerah. Pagi indah, di alam yang indah, bersama orang-orang hebat. Sesekali aku berdecak kagum atas keindahan alam yang Allah ciptakan (Subhanallah). Tetesan embun pagi menyapa kami dengan lembutnya, digantikan sang mentari pagi, diiringi desiran angin, dan diiringi goyangan pepohonan yang indah. Pendakian terus berlanjut, dan kami menemukan titik terang dari jalur yang sebenarnya. Mencapai POS 1 kami mengambil air, makan bareng, dan bersiap melanjutkan perjalanan lagi. Minum air dari mata air langsung itu sangat menyegarkan. Aku lihat ke atas, subhanallah hamparan langit biru seakan memberikan semangat tersendiri. Ada rasa lelah dalam diri tapi melihat semangat teman-teman yang lain membuat rasa lelahku kalah. Hap hap hap selangkah demi selangkah dengan jalan pincang aku tetap berjalan dengan bantuan orang lain tentunya. Karena kaki ku yang sakit, akhirnya kami (Aku, Wina, Wawan, Kak Anugrah, Kak DC) tertinggal jauh dari yang lain. Kami berlima menamakan diri tim Genk Gong (hahaha, ini dikasih Wina namanya) tetap melanjutkan perjalanan meskipun harus istirahat beberapa kali. Menuju pos 4 hujan rintik-rintik pun menemani perjalanan dan semakin deras. Hal ini tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan, karena ada diantara kami yang tidak membawa jas hujan. Akhirnya diputuskan untuk mendirikan tenda (again --"). Hujan makin deras dan sepertinya tak akan berhenti dalam waktu yang cepat. Hmmm, sambil ngopi kami bersenda gurau hingga akhirnya gelap menyapa (still raining). Dinginnya kian terasa, bahkan di dalam tenda sekalipun. Setelah solat magrib, awalnya kata Kak Anugrah kami akan melanjutkan perjalanan pukul 01.00 am nanti malam tapi planning is just planning

Yup, kami mencoba dulu memberi makan kepada cacing-cacing diperut, tapi mirisnya bahan makanan tidak ada dirombongan kami. Tapi untunglah kak Anugrah membawa kentang dan disulap menjadi makanan entah itu apalah namanya (tapi enak kok ^^). Karena maag kambuh dan udara sangat dingin asam lambungku pun naik. Benar-benar sesak dan merasakan sakit sampai membuat diriku tak sadarkan diri. Aku kecewa dengan diriku sendiri karena selalu saja menyusahkan orang lain. Kondisi aku yang tidak memungkinkan membuat rencana berubah. Perjalanan kami lanjutkan besok pagi. Saat subuh pun suhu badanku sangat panas, tapi beruntunglah ada mereka yang sangat peduli.

-14 Oktober-
"Yang penting kan puncaknya, gak harus lihat sunrise kan?" kata kak Anugrah. Hmm, sedikit nyesel dan kecewa sama diri sendiri karena melewatkan indahnya pagi dipuncak Ciremai ini. Tapi tak apalah, masih banyak pos yang harus ditaklukkan. Menikmati perjalanan sambil memikirkan filosofi-filosofi dari dalam pikiran sendiri. Teman-teman yang lain mungkin telah mencapai puncak sejak tadi, yasudah kita nikmati saja perjalanannya. 

Sebelum mencapai pos 8, kami beristirahat dan beberapa saat kemudian rombongan yang telah jauh didepan kami datang. Mereka turun karena telah mencapai puncak. Kondisi seperti ini tidak memungkinkan lagi untuk kami berlima mencapai puncak. Rasanya sudah mau keluar air mataku saat itu karena kecewa tidak dapat mencapai puncak Ciremai, tapi aku mencoba menahan untuk menghargai teman-teman yang lain. Okay tetap pada keputusan, kami berlima tidak melanjutkan pendakian dan memutuskan turun bersama yang lain. 

Aku bingung mengakhiri cerita ini bagaimana, karena tidak happy ending untukku (hikzz.. T_T lebayy). 

Melanjutkan perjalanan menuruni Mt. Ciremai dengan senda gurau bersama sampai yang paling membuat ngakak adalah tanaman begonia yang membuat Best Couple (Raeisa dan Roni) agak sedikit tipis (you know what I mean. Hahaha). Hingga sampai di POS 1 itu tepat waktu magrib. Istirahat sejenak, kemudian kami melanjutkan perjalanan. Yang paling indah dari perjalanan ini adalah perjalanan menuruni gunung dengan mendengarkan gema takbir (Subhanallah). Sungguh suasana yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Alunan takbir mengiringi langkah kami yang kian dekat dengan pemukiman warga. Pemandangan malam hari di atas gunung jauh lebih indah. Melihat ke atas ada hamparan langit dengan berjuta bintang, melihat ke bawah terhampar bintang yang berasal dari rumah-rumah warga, dan melihat sekitar ada cahaya kunang-kunang kecil. Ahh, pemandangan yang amat sangat lazim aku dapatkan. Beruntungnya aku diberi kesempatan menginjakkan kaki disini. 

Setelah beberapa jauh berjalan, kembali kakiku terkilir dan ini fatal karena kaki kanan yang habis dioperasi yang terkilir. Cidera ini membuatku benar-benar tidak bisa jalan dan akhirnya digendong. MashaaAllah betapa menyusahkannya diriku ini, beruntungnya aku memiliki sahabat-sahabat hebat. Perjalanan tetap dilanjutkan sampai ke pemukiman warga, istirahat sejenak dan lanjut ke terminal Cirebon lagi untuk kembali ke Bandung. 

*dalam cerita ini banyak yang aku potong, soalnya gak bagus kalau dipublish semuanya kalau kata Wina sih Let it flow in your mind

Yeah really amazing petualanganku kali ini. Belajar dari alam, belajar dari orang lain. Setiap jalan hidup punya maknanya tersendiri. Setiap dari kita punya misi, dan pencapaian tergantung dari sejauh mana visi kita terlaksana. Naik gununglah, agar kita bisa mengenal diri kita. Alam adalah tempat yang membuat kita menjadi diri sendiri. Terima kasih untuk perjalanan indah ini, kawan. See in the next top ^^
Kamera Kak Salman - View of Ciremai's Top

Tim Genk Gong - Terima kasih dan maaf telah banyak menyusahkan. They are the best.

Isi Hati #32

Mencintai seseorang tanpa dia mengetahuinya itu sedikit membuat sesak. Awalnya aku belajar mencintai dalam diam, tapi ternyata masih ada rasa sakit di dada setiap melihat dirinya dekat dengan wanita lain. Aku menyadari konsepku mencintai dalam diam tidak tepat. Aku kemudian belajar mencintai dalam ikhlas. Karena dengan ikhlas saya tidak dikalahkan oleh ego untuk memiliki dirinya. Saya serahkan pada-Nya, karena hanya Dia yang tahu apa yang ada dalam hati dan pikiran hamba-Nya. Jika dia jodohku, pasti akan ada jalan yang Allah sediakan untuk mempertemukan kami.

Isi Hati #31

Assalamualaikum wahai kamu yang digariskan-Nya untuk diriku. Namamu masih rahasia, tapi aku yakin selama aku memperbaiki diri disini kamu juga sedang sibuk memperbaiki diri ditempat berbeda. Hingga kita dipertemukan pada waktu dan tempat yang indah dengan izin dan ridho-Nya.